Stefanie, gadis 28 tahun, kembali ke negara asalnya. Ia kembali setelah 10 tahun meninggalkan negara tersebut. Ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di negara itu, hatinya berdebar, mengingat apa yang terjadi 10 tahun lalu di sekolah. Pertimbangan itulah yang meyakinkan dirinya untuk pergi dari negara tersebut.
Sesampainya di kantor, ia langsung menuju ke meja resepsionis, yang tentunya tidak mengenali Stefanie sama sekali. “Ada yang bisa saya bantu, bu?”, tanya resepsionis. “Saya Stefanie, pewawancara sekretaris baru kira-kira jam 10”, ucap Stefanie. “Oh, baik, bu. Ruangannya di lantai 2.”
Stefanie langsung menuju ke ruangan dan berniat menunggu para pelamar disana. Dari kejauhan, ia melihat beberapa orang yang sedikit ia kenal. Benar saja, itu adalah Megan, Riley, dan Joana. Masih teringat jelas diingatan stefanie apa yang pernah dilakukan oleh mereka.
“Lho, kalian? Sedang apa disini?”, Sapa Stefanie.
“Hah, ternyata masih ada di dunia. Kami kira kamu bunuh diri 10 tahun lalu, ya syukurlah kamu hidup”, ujar megan dengan ketus.
Stefanie agak tertegun. “Kalian masih sama, sampai jumpa di ruangan ya?”, balas Stefanie. Mereka mendadak terkejut dengan yang dikatakan Stefanie. Mereka mencoba menerka maksud perkataan Stefanie.
Waktu wawancara pun tiba. Stefanie meminta resepsionis untuk mendahulukan Megan, Riley, dan Joana dan resepsionis menyanggupinya. Megan, Riley, dan Joana masuk ke ruangan dan alangkah kagetnya mereka bahwa Stefanielah yang akan mewawancarai mereka bertiga.
“Silahkan duduk! Perkenalkan saya Stefanie, saya pewawancara kalian”, ujar Stefanie.
“Tidak mungkin! Kamu kan dulu yang kami bully di sekolah! Kenapa sekarang kamu yang mewawancarai? Kami jauh lebih baik dari kamu!”, ujar Riley.
“Kenapa tidak mungkin? Selama 10 tahun, orang tuaku mengembalikan mentalku sehingga bisa di titik ini. Aku saja masih tidak mengerti apa salahku kepada kalian. Kenapa kalian mem-bullyku sedemikian kejamnya!”
Mereka terdiam. “Rasanya tidak mungkin kalau kalian mem-bully karena kemampuanku lebih baik dari kalian dalam mengolah rumus matematika di kelas”.
“Sudah jelas karena itu. Selama sekolah, aku merasa aku yang terbaik dalam hal matematika, tapi kamu datang menghancurkan semua”, ujar Megan. Riley dan Joana mengangguk dan menyanggupinya
“Aku menghancurkan semua? Kalianlah yang terlalu sombong! Kalian perlu ingat bahwa diatas langit, ada langit. Megan, bagaimana kamu menyebut Geometrimu bagus sementara membuat gambar bangun saja kamu tidak bisa. Riley, bagaimana kamu mengatakan aljabar itu mudah, sedangkan soal mudah kamu tidak bisa!”
Semua terdiam dan tak mampu bicara. “Kalian hancur bukan karena saya, tapi karena kalian. Tapi, terima kasih untuk tingkah laku kalian 10 tahun lalu, inilah saya. Akulah yang kalian bully dulu! Sekarang kalian keluar karena kalian tidak diterima di perusahaan ini.”
Kamu pasti paham dan tahu bahwa semua tindakan pasti memiliki konsekuensi di dalamnya. Itulah yang harus kamu pahami terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, terutama terhadap orang lain. Percaya atau tidak, karma itu berlaku di hidup kamu
Cerita Stefanie diatas mungkin bisa menjadi sebuah inspirasi yang bijak untuk kamu bahwa berbuat baiklah kepada orang lain, maka orang lain akan melakukan hal yang sama. Berbuatlah jahat kepada orang lain, kamu akan tercengang bahwa nantinya, dia akan berada di atas kamu setelah ini.