Nabi Ibrahim a.s adalah salah satu nabi dengan kisah hidup yang penuh tauladan. Seorang yang memiliki keimanan dan kataatan yang luar biasa kepada sang Khaliq. Menjadi sosok yang memberikan tauladan betapa teguhnya beliau akan tauhid. Tidak hanya berupa tindakan, kata kata Nabi Ibrahim adalah tauladan begi umat manusia dalam menjalankan kehidupan terlebih dalam hal memaafkan sesama dan berimat kepada Tuhan.
Nabi Ibrahim di kenal sebagai seorang yang tidak pernah meletakkan agama di posisi paling tinggi dalam hidup. Melakukan segala bentuk ibadah semata-mata dipersembahkan kepada Allah SWT. Sebagaimana kata kata Nabi Ibrahim dalam Alqur’an “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Sepanjang hidup, Nabi Ibrahim selalu mengajak umat untuk senantiasa bertauhid agar nantinya umat manusia tidak terjerumus kepada taqlid. Dimana taqlid adalah kondisi seseorang mengikuti ajaran nenek moyang secara buta. Tanpa lelah berdakwah menegakkan agama yang lurus dan mengesakan Allah. Nabi Ibrahim berkata pada Ayahnya, “Pantaskah engkau menjadikan berhal-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Namun ketika sang Ayah menolak ajakan Rosul Ululazmi ini untuk memeluk agama Allah, beliau tidak membenci atau memaksa. Nabi Ibrahim tetap menghormatinya sebagao orangtua dan justru berdo’a kepada Allah untuk keselamatan Ayahnya. Hal ini menunjukkan kerendahan hati serta arifnya beliau sebagi seorang anak laki-laki sekaligus Nabi. Allah mengabadikan dialog keduanya dalam Al-qur’an surat Maryam (19:47) yakni, “Semoga keselamatan dilimpahakan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”
Teladan berikutnya adalah sepenggal kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail. Ketika Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih Nabi Ismail, Khalilullah itu tidak lalu melaksanakannya, melalainkan meminta pendapat anaknya terlebih dahulu. Disamping sebagai seorang hamba yang taat, Nabi Ibrahim menunjukkan sikap demokratisnya sebagai seorang ayah kepada anaknya.
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa akau menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail pun menjawab, “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat 37:102). Kata kata Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail dalam dialog ini menunjukkan betapa loyalitas yang teguh dan tingginya keikhlasan keduanya dalam beribadah kepada Allah SWT.