Jeff Stones, seorang pengusaha muda, baru saja memecat sekretaris terdahulu karena gaya hidup dan perilaku tidak terpuji yang ia lakukan terhadap perusahaan. Untuk membiayai perawatan dirinya, ia mengkorupsi uang perusahaan untuk dirinya sendiri.
Kemudian, Ia akan berpura-pura menjadi seorang pengemis di depan kantor. Ia juga ingin menilai sisi humanis dari setiap karyawan dan calon karyawannya.
Mengenai rencana ini, tidak ada satupun karyawan yang mengetahui hal ini, kecuali sepupunya. Ia kemudian membeli beberapa perlengkapan untuk mendukung rencananya tersebut.
Esok hari, dengan penampilan yang berbeda, ia duduk di depan kantor untuk meminta sedekah dari orang yang lewat. Ia melakukan hal ini tepat di hari interview bagi para pelamar sebagai sekretarisnya.
Walaupun keadaannya berbeda, Jeff merasakan sebuah keindahan dan kepuasan dalam hal ini karena ia bisa secara langsung memperhatikan seluruh karyawan kantornya.
Benar saja, 10 menit ia duduk di depan kantornya, satpam yang berjaga mengusir dirinya. “Kenapa? Aku hanya meminta makanan dari orang-orang”, ujar Jeff. “Tidak bisa, kamu meresahkan! Jika mau makan, kenapa tidak makan di tempat sampah?”, ujar si satpam.
Jeff mencoba bersabar sambil ia pindah tempat. Ia kemudian melihat 4 orang karyawannya sedang asik bergosip di sebuah cafe dekat kantor. Jeff menghampiri mereka dan berkata,”Kenapa kalian asik sekali menggosip teman kalian?”. “Bukan urusanmu!”, ujar salah satu dari mereka.
“Lalu, bukankah ini jam masuk kerja? Kenapa kalian masih disini?”, ujar Jeff. “Itu bukan urusanmu, pengemis! Pergilah dan cari dimana makananmu!”
Jeff masih bersabar. Selama 2 jam ia mengitari kantor, ia mendapati banyak karyawannya yang tidak berperilaku baik. Tak hanya karyawan, calon karyawanpun tak juga berlaku baik. Hanya satu, Jessie, yang memukau dirinya. Disaat orang lain mengusir dan menyuruhnya pergi, Jessie memberi Jeff makanan.
Satu kata kata indah yang terlontar dari mulut Jessie adalah “makanan ini dari bumi dan untuk semua manusia di bumi”. Diketahui, Jessie adalah salah satu pelamar di kantor Jeff. Detik itu juga Jeff memutuskan bahwa Jessielah sekretarisnya yang baru.
Esok hari, Jeff memanggil semua karyawan dan calon karyawan yang ia temui di luar. Mereka bingung kenapa mereka dipanggil. “Saya tahu bahwa saya hanya menilai kalian di kantor, tapi saya benar-benar ingin melihat tingkah laku kalian diluar kantor. Dan, itu sungguh membuat motivasi saya luntur.”
“Kalian ingat seorang pengemis yang ada di luar kemarin?”, Jeff melanjutkan,”Sayalah pengemis itu. Saya menyamar untuk menilai kalian.” Semua terkejut dan seakan tidak percaya. “Kata kata kalian pada pengemis itu sungguh kata kata yang di luar kehidupan manusia. Pedih. Kejam. Kalian hanya menilai seseorang dari penampilannya.”
“Lalu, bagaimana dengan kami?”, seseorang menyahut. “Bagaimana dengan kamu? Sudah jelas, bagi karyawan, kalian semua dipecat. Harap bereskan barang-barang kalian dari sini. Untuk calon karyawan, semua tidak diterima, kecuali Jessie. Dialah satu-satunya orang baik yang saya temui kemarin. Penampilannya memang tidak cantik, tapi hatinya cantik.”
Inspirasi:
Kawan, hampir semua dari kita melihat seseorang dari penampilan luarnya. Kita lebih memilih bergaul dengan seseorang yang gaya hidupnya sama dengan kita. Padahal, sejak kecil kita mengetahui bahwa itu adalah perbuatan yang tidak layak.
Mulai sekarang kita harus menilai seseorang dari tingkah lakunya. Tingkah laku menjadi pencerminan dari apa yang tertanam di dalam hati seseorang.